Salah satu sektor penting penopang perekonomian suatu negara atau kota adalah sektor pariwisata yang merupakan katalisator pembangunan (agent of development) yang dapat mempercepat proses pembangunan. Prospek pariwisata global diprediksi akan menjadi industri terbesar di dunia dengan pertumbuhan rata-rata jumlah wisatawan dunia mencapai 5%. Menurut World Tourism Organization (WTO) jumlah wisatawan global pada tahun 2020 akan mencapai 1.561.500 .000 orang (Yoeti, 2008:7) suatu peluang yang sangat prospektif tentunya bagi kota-kota di Indonesia tidak terkecuali Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah.
Sebagai ibu kota propinsi Jawa Tengah, Kota Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat aktivitas perekonomian yang mempunyai fasilitas infrastruktur yang cukup memadai, mudah diakses lewat darat, laut dan udara. Terlebih lagi posisinya yang berada di perlintasan kita Jogja dan Solo (Kawasan Joglosemar) yang merupakan kawasan segitiga emas pusat pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian Kota Semarang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata.
Kota Semarang memiliki banyak
potensi objek wisata yang cukup menarik seperti wisata budaya, wisata religi,
wisata alam, wisata rekreasi, wisata olahraga, wisata kuliner, dan lain-lain.
Meskipun Kota Semarang memiliki potensi pariwisata yang cukup baik tetapi
Semarang dalam angka tahun 2008 menyebutkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kota
Semarang khususnya wisatawan dalam negeri mengalami penurunan dari tahun ke
tahun, sedangkan wisatawan luar negeri mengalami peningkatan tetapi tidak
signifikan, sebagaimana tersebut dalam tabel 1.
Tabel 1.
Data Pengunjung Obyek Wisata di Kota
Semarang Tahun 2008
Asal
Wisatawan
|
Tahun
|
||||
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008*)
|
|
Wisatawan Nusantara
|
686.604
|
633.603
|
643.603
|
589.583
|
589.583
|
Wisatawan Manca Negara
|
4.360
|
6.713
|
6.713
|
7.136
|
7.136
|
*) data tahun 2007
Sumber : www.semarang-kota.go.id/semarang_dalam_angka_2008
diolah
Berdasarkan data tersebut nampaknya terdapat ketimpangan
antara sisi supply (destination) seperti
kondisi obyek wisata, pelayanan, atraksi wisata, dsb dengan demand ( tourist/wisatawan). Upaya untuk mendekatkan
ketimpangan antara sisi supply dan demand dapat dilakukan melalui kegiatan
Pemasaran pariwisata yang baik.
Untuk mengangkat potensi
wisata agar berkembang dan mempunyai nilai
jual maka diperlukan suatu pemasaran pariwisata (tourism marketing). Di
dalam kepariwisataan, tourism
marketing mengandung pengertian suatu proses manajemen di mana organisasi
kepariwisataan atau perusahaan industri pariwisata dalam menentuan wisata yang potensial dan aktual berkomunikasi
dengan wisatawan untuk
menentukan serta mempengaruhi keinginan, kebutuhan, motivasi, kesukaan dan
ketidaksukaan pada daerah-daerah wisata di baik di tingkat lokal, regional,
nasional dan internasional untuk kemudian merumuskan serta menyesuaikan obyek-obyek pariwisata untuk mencapai
kepuasan optimal para wisatawan. (Wahab,
L. Crampon and Rothfield, 1976:24)
Marketing dalam kepariwisataan
tidak hanya merupakan suatu cara dan koordinasi yang disesuaikan dengan
kebijaksanaan, tetapi lebih ditekankan untuk memberitahukan, apa yang
dibutuhkan , diinginkan dan diharapkan oleh para wisatawan agar perencanaan dan
pengembangan sarana dan
prasarana keperiwisataan dapat disesuaikan dengan kebijaksanaan yang akan
diambil.
Menurut W. Lazar dan E.J Kelley, (1962) terdapat tiga
faktor klasifikasi pengembangan yang perlu ditekankan dalam pemasaran
pariwisata yakni:
1.
Instrumen Produksi
Untuk memudahkan pelayanan kepada
wisatawan maka kepada wisatawan dijual produk dalam bentuk paket wisata untuk
mendapatkan pelayanan yang terpadu.
2.
Instrumen Distribusi
Untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan maka para wisatawan tidak perlu berhubungan langsung dengan tiap perusahaan
industri wisata, akan tetapi cukup berhubungan dengan perantara (agen wisata
/travel agent) yang merupakan saluran distribusi mereka.
3.
Instrumen Promosi
Agar para wisatawan dapat
mengetahui tentang produk wisata, obyek dan atraksi, fasilitas yang dapat
dinikmati maka wiasatawan perlu
diberikan informasi melalui bahan-bahan
promosi yang dikirim secara kontinyu
melalui travel agen atau pameran,
pengiriman tim kesenian, sehingga bisa menarik
arus kunjungan wisata.
Secara umum tujuan dari pemasaran
pariwisata antara lain adalah :
§
Meningkatkan
kunjungan wisata
§
Memperpanjang
waktu tinggal
§
Mendorong
wisatawan untuk membelanjakan uangnya
lebih banyak
Dalam rangka
mengembangkan industri pariwisata di Kota Semarang yang penting dilakukan
untuk memperkenalkan/menjual kurang
lebih ± 30 potensi wisata adalah peranan dari Perantara, peranan
perantara dalam hal ini adalah agen perjalanan, tour operator, biro perjalanan dan
lain sebagainya. Karena sangat beragamnya potensi pariwisata dengan bermacam jasa yang dihasilkannya maka diperlukan peranan dari Organisasi
Kepariwisataan yang nantinya akan bertanggung jawab dalam pengelolaan
pariwisata yang mencakup perencanaan, pengembangan dan pembinaan sehingga akan
dicapai suatu koordinasi dan sinkronisasi dalam segala kegiatannya.
Organisasi
kepariwisataan ini peranannya dapat dibentuk dengan memberdayakan Dinas Pariwisata sehingga menjadi lebih mandiri dan
profesional tentu saja dengan bantuan
dan kerjasama dengan sektor swasta dan masyarakat.
Dari serangkaian uraian diatas maka rencana pola pemasaran potensi
pariwisata Kota Semarang yang sangat dimungkinkan dilakukan dalam jangka pendek
ini antara lain adalah dengan menyusun
rencana :
- Pengembangan Paket Kunjungan Wisata. Paket wisata merupakan kunjungan ke beberapa obyek wisata yang menjadi unggulan dan ditawarkan di Kota Semarang . Terdapat beberapa alternatif paket kunjungan wisata di Kota Semarang dengan beberapa pola arus wisatanya.
- Pemeliharaan dan Pemugaran Objek Wisata. Objek wisata yang mempunyai nilai sejarah potensial harus dipelihara dan bila terdapat kerusakan secepat mungkin diperbaiki atau bahkan dipugar apabila kerusakannya sudah parah. Hal ini penting untuk mempertahankan daya tarik wisatawan agar lebih banyak berkunjung ke obyek wisata tersebut.
- Pembangunan dan Perbaikan Prasarana dan Sarana Kepariwisataan. Pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana kepariwisataan sangat penting untuk memudahkan aksesibilitas ke obyek wisata. Peningkatan tidak hanya pada fasilitas jalan akan tetapi juga moda angkutan serta sarana pendukung lainnya seperti terminal/sub terminal, pompa bensin dan lain-lain. Sehingga dalam mencapai obyek wisata para wisatawan tidak mengalami kesulitan dan kelelahan.
- Pembentuk Tourist Information Centre. Pembentukan Tourist Information Centre bertujuan untuk mempromosikan kepariwisataan di luar daerah (propinsi) atau bahkan mungkin ke luar negeri. Dengan adanya tourist information centre ini diharapkan dapat menyebarkan informasi kepariwisataan daerah sekaligus dapat bekerjasama dengan biro perjalanan / travel agen lainnya yang ada diluar daerah.
- Promosi Wisata. Promosi wisata dilakukan secara terpadu dan tepat sasaran, promosi wisata dapat dilakukan melalui pembuatan brosur-brosur pariwisata yang menarik dan up to date dan sebaiknya dikirim secara periodik kepada travel agen/ biro wisata/perjalanan, tourist information centre, dinas pariwisata yang ada lingkup regional dan lingkup nasional . Selain itu dilingkup daerah dapat dilakukan melalui pembuatan billboard yang dipasang ditempat strategis serta petunjuk jalan yang memudahkan para wisatawan menuju ke obyek wisata.
- Ikut Terlibat Dalam Organisasi Kepariwisataan. Menjadi anggota dan trelibat dalam organisasi kepariwisataan baik regional maupun nasional dan internasional seperti PATA, Asean Tourism, WTO dan lain-lain akan sangat membanu sekali dalam pemasaran pariwisata. Pada kesempatan-kesempatan pameran, konferensi maupun seminar dapat dilakukan saling tukar-menukar informasi dan bekerjasama.
- Kerjasama Dengan Biro Perjalanan Wisata (Tour Operator). Hubungan / kerjasama yang berkesinambungan dengan biro perjalanan, travel agen dan tour operator bail regional maupun nasional dan internasional sangat perlu dilakukan dan dipelihara, apalagi dengan agen perjalanan wisata yang besar hubungan ini perlu dijalin dan dipelihara. Jalinan kerjasama ini dapat dilakukan melalui promosi wisata / informasi wisata atau bahkan kalau memungkinkan mereka diundang mengunjungi untuk melihat dan menyaksikan apa yang mungkin dapat mereka jual.
- Pendidikan Sumber Daya Manusia. Dalam perkembangan industri kepariwisataan yang cukup pesat dewasa ini tidak mungkin pelayanan di berikan oleh tenaga amatir, akan tetapi harus harus ditangani dan direncanakan oleh tenaga-tenaga yang terdidik dan terlatih. Dengan tenaga terlatih ini dimungkinkan adanya pelayanan yang profesional sehingga akan berpengaruh pada kemajuan pariwisata. Peningkatan sumber daya manusia ini antara lain dapat dilakukan melalui :
- Penyelenggaraan kursus mengenai kepariwisataan termasuk kemampuan dalam berbahasa asing kepada pramuwisata, guide.
- Pelatihan kepariwisataan kepada masyarakat di sekitar oyek wiasta.
- Penambahan pendidikan kepariwisataan melalui penambahan /penyempurnaan kurikulum pendidikan pada sekolah / akademi kepariwisataan yang ada.
Daftar Pustaka
Salah
Wahab, L. Crampon and Rothfield, Tourism Marketing, Tourism International
Press, London, 1976, hal 24
W.
Lazar dan E.J Kelley, Managerial Marketing
(1962)
No comments:
Post a Comment