19.2.12

Tourism Marketing Untuk Pengembangan Pariwisata Kota Semarang




Salah satu sektor penting penopang perekonomian suatu negara atau kota adalah  sektor pariwisata yang merupakan katalisator pembangunan (agent of development) yang dapat mempercepat proses pembangunan. Prospek pariwisata global diprediksi akan menjadi industri terbesar di dunia dengan pertumbuhan rata-rata jumlah wisatawan dunia mencapai 5%. Menurut World Tourism Organization (WTO) jumlah wisatawan global pada tahun 2020 akan mencapai 1.561.500 .000 orang (Yoeti, 2008:7) suatu peluang yang sangat prospektif tentunya bagi kota-kota di Indonesia tidak terkecuali Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah.

Sebagai ibu kota propinsi Jawa Tengah, Kota Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat aktivitas perekonomian yang mempunyai fasilitas infrastruktur yang cukup memadai, mudah diakses lewat darat, laut dan udara. Terlebih lagi posisinya yang berada di perlintasan kita Jogja dan Solo (Kawasan Joglosemar) yang merupakan kawasan segitiga emas pusat pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian Kota Semarang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata.

Kota Semarang memiliki banyak potensi objek wisata yang cukup menarik seperti wisata budaya, wisata religi, wisata alam, wisata rekreasi, wisata olahraga, wisata kuliner, dan lain-lain. Meskipun Kota Semarang memiliki potensi pariwisata yang cukup baik tetapi Semarang dalam angka tahun 2008 menyebutkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Semarang khususnya wisatawan dalam negeri mengalami penurunan dari tahun ke tahun, sedangkan wisatawan luar negeri mengalami peningkatan tetapi tidak signifikan, sebagaimana tersebut dalam tabel 1.
 
Tabel 1.  Data Pengunjung  Obyek Wisata di Kota Semarang Tahun 2008
Asal Wisatawan
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008*)
Wisatawan Nusantara
686.604
633.603
643.603
589.583
589.583
Wisatawan Manca Negara
4.360
6.713
6.713
7.136
7.136






   *) data tahun 2007

Berdasarkan data tersebut nampaknya terdapat ketimpangan antara sisi supply (destination) seperti kondisi obyek wisata, pelayanan, atraksi wisata, dsb dengan demand ( tourist/wisatawan). Upaya untuk mendekatkan ketimpangan antara sisi supply dan demand dapat dilakukan melalui kegiatan Pemasaran pariwisata yang baik.

    

Untuk mengangkat potensi wisata  agar berkembang dan mempunyai nilai jual  maka diperlukan  suatu pemasaran  pariwisata (tourism marketing). Di dalam kepariwisataan,  tourism marketing mengandung pengertian suatu proses manajemen di mana organisasi kepariwisataan atau perusahaan industri pariwisata dalam menentuan wisata yang potensial dan aktual berkomunikasi dengan wisatawan untuk menentukan serta mempengaruhi keinginan, kebutuhan, motivasi, kesukaan dan ketidaksukaan pada daerah-daerah wisata di baik di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional untuk kemudian merumuskan serta menyesuaikan  obyek-obyek pariwisata untuk mencapai kepuasan optimal para wisatawan. (Wahab, L. Crampon and Rothfield, 1976:24)

Sam Poo Kong

Marketing dalam kepariwisataan tidak hanya merupakan suatu cara dan koordinasi yang disesuaikan dengan kebijaksanaan, tetapi lebih ditekankan untuk memberitahukan, apa yang dibutuhkan , diinginkan dan diharapkan oleh para wisatawan agar perencanaan dan pengembangan sarana dan prasarana keperiwisataan dapat disesuaikan dengan kebijaksanaan yang akan diambil.

Menurut W. Lazar dan E.J Kelley, (1962) terdapat tiga faktor klasifikasi pengembangan yang perlu ditekankan dalam pemasaran pariwisata yakni:
1.      Instrumen Produksi
      Untuk memudahkan pelayanan kepada wisatawan maka kepada wisatawan dijual produk dalam bentuk paket wisata untuk mendapatkan pelayanan yang terpadu.
2.      Instrumen Distribusi
      Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan maka para wisatawan tidak perlu berhubungan langsung dengan tiap perusahaan industri wisata, akan tetapi cukup berhubungan dengan perantara (agen wisata /travel agent) yang merupakan saluran distribusi mereka.
3.      Instrumen Promosi
      Agar para wisatawan dapat mengetahui tentang produk wisata, obyek dan atraksi, fasilitas yang dapat dinikmati maka wiasatawan  perlu diberikan informasi  melalui bahan-bahan promosi  yang dikirim secara kontinyu melalui travel agen  atau pameran, pengiriman tim kesenian, sehingga bisa menarik  arus kunjungan wisata.

Secara umum tujuan dari pemasaran pariwisata antara lain adalah :
§  Meningkatkan kunjungan wisata
§  Memperpanjang waktu tinggal
§  Mendorong wisatawan untuk membelanjakan uangnya  lebih banyak

Dalam rangka mengembangkan industri pariwisata di Kota Semarang yang penting dilakukan untuk  memperkenalkan/menjual kurang lebih ± 30 potensi wisata adalah peranan dari Perantara, peranan perantara dalam hal ini adalah agen perjalanan, tour operator, biro perjalanan dan lain sebagainya.  Karena  sangat beragamnya  potensi pariwisata dengan bermacam jasa  yang dihasilkannya  maka diperlukan peranan dari Organisasi Kepariwisataan yang nantinya akan bertanggung jawab dalam pengelolaan pariwisata yang mencakup perencanaan, pengembangan dan pembinaan sehingga akan dicapai suatu koordinasi dan sinkronisasi dalam segala kegiatannya.

Organisasi kepariwisataan ini peranannya dapat dibentuk dengan memberdayakan Dinas Pariwisata sehingga menjadi lebih mandiri dan profesional tentu saja dengan bantuan  dan kerjasama dengan sektor swasta dan masyarakat.

Dari serangkaian uraian  diatas maka rencana pola pemasaran potensi pariwisata Kota Semarang yang sangat dimungkinkan dilakukan dalam jangka pendek ini antara lain adalah dengan  menyusun rencana :
  1. Pengembangan Paket Kunjungan Wisata. Paket wisata merupakan kunjungan ke beberapa obyek wisata  yang menjadi unggulan dan ditawarkan di Kota Semarang . Terdapat  beberapa alternatif paket kunjungan wisata di Kota Semarang dengan beberapa pola arus wisatanya. 
  2. Pemeliharaan  dan Pemugaran  Objek Wisata. Objek wisata yang  mempunyai nilai sejarah  potensial harus dipelihara dan bila terdapat kerusakan secepat mungkin diperbaiki  atau bahkan dipugar apabila kerusakannya sudah parah.  Hal ini penting untuk mempertahankan daya tarik wisatawan agar lebih banyak berkunjung ke obyek wisata tersebut.
  3. Pembangunan dan Perbaikan Prasarana  dan Sarana Kepariwisataan. Pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana kepariwisataan sangat penting  untuk memudahkan aksesibilitas ke obyek wisata. Peningkatan tidak hanya pada fasilitas jalan akan tetapi juga moda angkutan serta sarana pendukung lainnya  seperti terminal/sub terminal,  pompa bensin dan lain-lain. Sehingga dalam mencapai obyek wisata para wisatawan tidak mengalami kesulitan  dan kelelahan.
  4. Pembentuk Tourist Information Centre. Pembentukan Tourist Information Centre bertujuan untuk mempromosikan kepariwisataan di luar daerah (propinsi) atau bahkan mungkin ke luar negeri.  Dengan adanya tourist information centre ini diharapkan  dapat menyebarkan informasi  kepariwisataan daerah  sekaligus dapat bekerjasama dengan  biro perjalanan / travel agen  lainnya yang ada diluar daerah.
  5. Promosi Wisata. Promosi wisata dilakukan secara terpadu dan tepat sasaran, promosi wisata dapat dilakukan melalui pembuatan brosur-brosur  pariwisata yang menarik dan up to date  dan sebaiknya dikirim secara periodik kepada travel agen/ biro wisata/perjalanan, tourist information centre, dinas pariwisata  yang ada lingkup regional dan lingkup nasional . Selain itu dilingkup daerah dapat dilakukan melalui pembuatan  billboard  yang dipasang ditempat strategis serta petunjuk jalan yang memudahkan para wisatawan menuju ke obyek wisata.
  6. Ikut Terlibat Dalam Organisasi Kepariwisataan. Menjadi anggota dan trelibat dalam organisasi kepariwisataan baik regional maupun nasional  dan internasional seperti PATA, Asean Tourism, WTO dan lain-lain  akan sangat membanu sekali dalam  pemasaran pariwisata.  Pada kesempatan-kesempatan pameran, konferensi maupun seminar dapat dilakukan saling tukar-menukar informasi dan bekerjasama.
  7. Kerjasama Dengan  Biro Perjalanan Wisata (Tour Operator). Hubungan / kerjasama yang  berkesinambungan  dengan biro perjalanan, travel agen dan tour operator  bail regional maupun nasional dan internasional  sangat perlu dilakukan dan dipelihara, apalagi dengan  agen perjalanan wisata yang besar hubungan ini perlu dijalin dan dipelihara. Jalinan kerjasama ini dapat dilakukan melalui  promosi wisata / informasi wisata atau bahkan kalau memungkinkan mereka diundang mengunjungi  untuk melihat dan menyaksikan apa yang mungkin dapat mereka jual.
  8. Pendidikan Sumber Daya Manusia. Dalam perkembangan industri kepariwisataan yang cukup pesat dewasa ini tidak mungkin pelayanan di berikan oleh tenaga amatir, akan tetapi harus harus ditangani dan direncanakan oleh tenaga-tenaga yang terdidik dan terlatih. Dengan tenaga terlatih ini dimungkinkan adanya pelayanan yang profesional sehingga akan berpengaruh pada kemajuan pariwisata. Peningkatan sumber daya manusia ini antara lain dapat dilakukan melalui :
  • Penyelenggaraan kursus mengenai kepariwisataan termasuk kemampuan dalam berbahasa asing kepada pramuwisata, guide.
  • Pelatihan kepariwisataan kepada masyarakat di sekitar oyek wiasta.
  • Penambahan pendidikan kepariwisataan melalui penambahan /penyempurnaan kurikulum pendidikan    pada sekolah / akademi kepariwisataan yang ada.


Daftar Pustaka

Salah Wahab, L. Crampon and Rothfield, Tourism Marketing, Tourism International Press, London, 1976, hal 24
W. Lazar dan E.J Kelley, Managerial Marketing  (1962)

No comments:

Post a Comment