5.11.09

Review Kritis Program Desentralisasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Perum BKJ Semarang

P E N D A H U L U A N

Tulisan ini merupakan tinjauan kritis (Critical Review) atas pelaksanaan Program Desentralisasi Pengelolaan Sampah Masyarakat Perumahan Bukit Kencana Jaya kota Semarang (Perum BKJ). Bahan dari critical review ini adalah Dokumen Laporan Akhir Pelaksanaan Program yang di susun oleh Yayasan Bintari kota Semarang didukung oleh ProLH GTZ sebagai konsultan program. Program ini dilatarbelakangi oleh adanya penurunan kualitas Daerah Aliran Sungai (DAS) Babon yang disebabkan oleh limbah Perum BKJ. Bahkan, debit air mengalami penurunan karena kualitas daerah resepan air dibagian hulu mengalami penurunan sehingga mengurangi pasokan air untuk masyarakat. Berdasarkan hasil identifikasi bahwa kegiatan perumahan di sepanjang DAS Babon ternyata memberikan kontribusi terhadap pencemaran sungai baik dari limbah padat maupun limbah cair.

Gambaran umum
Perum BKJ yang luasnya 200 ha dengan jumlah KK mencapai 1016 orang dan terdistribusi kedalam 5 RW ini tentu saja memberikan kontribusi limbah rumah tangga yang tidak sedikit. Sebenarnya Tempat Pembuangan Sementara ( TPS ) di perum BKJ sudah ada, tetapi pengelolaan TPS kurang efektif sehingga tidak mampu mengurangi timbunan sampah warga. Idealnya sampah rumah tangga yang diangkut dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ) tidak boleh lebih dari 2 atau 3 hari. Namun karena volume sampah sangat besar, tidak semua sampah bisa masuk kedalam container untuk diangkut ke TPA, akibatnya terjadi penumpukkan sampah yang tidak terangkut di TPS yang setiap harinya terus bertambah. Ketika musim hujan, timbunan sampah yang tidak terangkut ini kemudian hanyut terbawa sungai disisi sebelah barat TPS BKJ yang semakin lama menimbulkan bau yang tidak sedap. Keberadaan pemulung yang mengumpulkan sampah anorganik sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk mengurangi timbunan sampah, tetapi hanya sebagian saja yang bisa dikelola, sisanya tercecer di sepanjang jalan masuk menuju TPS BKJ yang membuat lingkungan menjadi terlihat kumuh.

Sebenarnya warga perum BKJ telah memiliki jadual pengangkutan sampah dari rumah tangga ke TPS sesuai kesepakatan warga yakni sekali dalam tiga hari, bahkan ada sebagian wilayah (RW) yang melakukan pengangkutan sekali dalam dua hari, hal itu karena setiap RW menetapkan sendiri jadual dan petugas pengangkutan dengan menggunakan gerobak sederhana, sayangnya waktu pengangkutan tidak sesuai dengan jadual yang disepakati sehingga banyak dijumpai sampah berhenti di tong depan rumah karena tidak diangkut ke TPS, akhirnya masyarakat mengelola sampah sendiri dengan cara membakar, membuang ke tanah lapang atau menimbun sampah, ada juga masyarakat yang membawa sendiri ke TPS. Pengangkutan yang kadang dilakukan satu kali dalam seminggu menjadikan tidak semua timbulan sampah masyarakat terkelola dengan baik. Salah satu faktor yang membuat pengangkutan tidak berjalan dengan lancar adalah timbulan sampah tidak sebanding dengan daya tampung gerobak pengangkut. Tidak semua timbulan terangkut dalam gerobak. Sebagian wilayah tidak dapat terakomodasi dalam satu gerobak.

Pengelolaan sampah yang selama ini berjalan di perumahan BKJ merupakan tanggung jawab di masing-masing RW. Setiap RW menunjuk satu atau dua orang untuk mengangkut sampah masyarakat. Tidak ada kesamaan dalam sistem pengelolaan sampah di perumahan BKJ. Ada wilayah yang sering kali menghadapi masalah dalam pengangkutan sampah namun ada pula wilayah yang tidak menghadapi kendala yang berarti terhadap sistem pengangkutan sampah. Belum optimalnya kelompok masyarakat di lingkup BKJ yang mengawasi pengelolaan sampah berakibat pada tidak solidnya pengelolaan sampah secara terpadu di lingkungan BKJ. Kelompok tersebut juga belum sepenuhnya mampu mengatasi permasalahan yang muncul seputar pengelolaan sampah. Selama ini, penanganan permasalahan hanya di tingkat RT ataupun RW. PAGERWAJA, Paguyuban Warga Bukit Kencana Jaya, memilik beberapa bidang. Salah satunya adalah bidang lingkungan. Tidak ada program kerja yang terencana pada bidang lingkungan. Pengelolaan sampah sudah seharusnya menjadi tanggung jawab bidang lingkungan namun yang terjadi pengelolaan sampah bersifat partial di BKJ, tidak menyeluruh.

PERMASALAHAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN

Berdasarkan gambaran umum tentang kondisi pengelolaan TPS di Perumahan BKJ, maka secara ringkas permasalahan persampahan dan hasil yang diharapkan di perumahan BKJ dapat distrukturkan sebagai berikut :1. Masalah Utama
    Pengelolaan sampah di Perumahan Bukit Kencana Jaya tidak efektif dalam mengumpulkan dan     
    mengurangi   timbulan sampah

2. Masalah Inti
  • Warga Masyarakat tidak cukup terorganisir
  • Sampah Tidak Terangku
  • Informasi tentang sampah kurang
  • TPS tidak tertata/teratur

3. Faktor Kontributor
  • Komunikasi antarwilayah tidak ada
  • Sampah terlalu besar
  • Pengumpulan sampah tidak teratur
  • Warga membuang sampah sendiri ke TPS
  • TPS kelebihan beban
  • Pemulung memilah tidak teratur

Hasil yang diharapkan & Indikator

Hasil yang diharapkan:
  1. Terwujudnya percontohan TPS pengolah yang mampu mereduksi jumlah sampah yang terkumpul.
  2. Sistem pengumpulan sampah yang efektif • Pemilahan sampah organik dan non organik di rumah tangga
  3. Terbentuk kelompok masyarakat yang mengawasi pengelolaan sampah
  4. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup
Indikator :
  1. Tingkat reduksi sampah non organik di TPS oleh pemulung mencapai 10 % yakni sebesar 0,7 m3 per hari (150 kg)
  2. Sampah organik direduksi diharapkan mencapai skala yang menguntungkan.
  3. Jumlah sampah yang tidak terangkut ke TPA menurun mencapai 22,2% dari 59,8%
  4. Pemilahan sampah organik dan non organik di rumah tangga
  5. Efektifitas pengumpulan sampah rumah tangga ke TPS diharapkan meningkat dari sekitar 40% saat ini menjadi minimal 60%.
  6. Volume sampah terlayani dan terangkut akan meningkat dari 4,8 m3 menjadi 7,2 m3 per hari.
  7. Terbentuknya kelompok masyarakat yang mengawasi sistem pengelolaan sampah maka tingkat keberhasilan kegiatan diukur dari peningkatan jumlah kontribusi masing-masing pihak (developer maupun warga).
  8. Tidak ada laporan keterlambatan dalam pengumpulan sampah dari rumah menuju TPS.
  9. Kesadaran masyarakat dalam melakukan pemilahan sampah
  10. Kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya
  11. Kesadaran masyarakat untuk mendaur ulang sampah rumah tangga.

P E M B A H A S A N

Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah sampah. Sampah menjadi pesoalan kompleks di kota-kota besar, oleh karenanya perlu adanya penyelesaian yang komprehensif dan terintegrasi serta didukung oleh semua lapisan masyarakat. Beberapa hasil penelitian tentang sampah yang dilakukan di Indonesia menyebutkan bahwa 60-70% sampah dihasilkan oleh rumah tangga Namun sayangnya masih banyak masyarakat yang apatis terhadap permasalahan sampah, padahal sampah hampir menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, disekeliling kita ada sampah, di jalan, di kantor atau di rumah sampah hampir tak terhindarkan. Barangkali karena terlalu terbiasa dengan sampah kita lupa bahwa sampah bisa menjadi persoalan yang sangat besar manakala tidak dikelola dengan baik.

Perumahan Bukit Kencana Jaya yang lokasinya berada di Daerah Aliran Sungai (Babon) dari hasil survey yang dilakukan oleh Yayasan Bintari menunjukkan bahwa limbah rumah tangga yang dihasilkan relative besar yakni 998,13 kg/hari atau sebesar 4,8 m3/hari. Dari jumlah tersebut hanya 401,32 kg (1,93 m3) per hari yang terangkut ke TPA, sisanya sebesar 596,79 kg (2,87 m3 ) per hari tidak terangkut ke TPA. Dari jumlah sampah yang tak terangkut ke TPS tersebut 55,37 kg/hari atau 0,27 m3/hari ditangani pemulung, sisanya sebesar 541,43 atau 2,60 m3 sampah setiap harinya yang tidak tertangani. (Sumber : Hasil Survey Tim BINTARI di lokasi TPS BKJ, 2005 )

Dari data yang ada tersebut, dapat dilihat besarnya jumlah sampah yang tak tertangani setiap harinya, dan akan masih terus bertambah. Dilihat dari sumbernya, persoalan sampah ternyata berasal dari limbah rumah tangga, dengan demikian penyelesaiannya tentu harus langsung pada sumbernya yakni Rumah Tangga.

Sasaran Program yang dilakukan oleh Yayasan Bintari dalam menangani persoalan sampah sudah tepat yakni langsung ke sumbernya yaitu Rumah Tangga. Agar program dapat berjala dengan baik maka tentu saja dibutuhkan dukungan atau peran serta masyarakat secara sadar serta para stakeholder lainnya seperti pengembang/developer perumahan sebagai pemilik lahan TPS dan Pemerintah daerah (Dinas kebersihan kota Semarang). Dari tahapan pelaksanaan kegiatan yang disusun nampaknya sosialisasi juga dilakukan dalam program ini, dengan demikian maka program ini menggunakan pendekatan Partisipatif sebab seperti yang disampaikan Suparjan dan Hempri Suyatno (2003) yang dimaksud dengan pendekatan partisipatif adalah pelibatan masyarakat di dalam setiap tahapan proses kegiatan/pembangunan. Dengan konsep ini maka tanggung jawab dan sikap handarbeni masyarakat terhadap program pembangunan semakin besar sehingga akan menunjang hasil dari program tersebut.

Adapun strategi pelibatan masyarakat dlam program ini dapat di rumuskan sebagai berikut :
1. Strategi Pencapaian Terwujud TPS pengelola yang mampu mereduksi jumlah sampah
  • Melakukan pendekatan ke stakeholder untuk merencanakan kegiatan pengelolaan sampah TPS terpadu. Stakeholder pengelola TPS ini adalah developer, Dinas Kebersihan dan petugas pengelola sampah
  • Melakukan pemilahan sampah sesuai dengan jenisnya yakni organik, anorganik, dan sampah tak bisa dimanfaatkan di TPS
  • Daur Ulang sampah organik melalui pengomposan dng metode efektif.
  • Mengintensifkan dan mendayagunakan pengelola sampah anorganik guna meningkatkan volume sampah anorganik yang bisa dijual ke pengumpul.
  • Aktivitas pokok yang dijalankan di TPS terpadu ini adalah pembongkaran, pemilahan, pendaurulangan sampah organik dan sampah tertinggal di TPS.
  • Pertimbangan dalam Perencanaan kebutuhan luasan ruang pengolahan di TPS, mempertimbangkan waktu pengolahan jenis sampah. Kegiatan kompos membutuhkan 30 hari sampai dengan menghasilkan dari sampah basah sampai menjadi kompos, sampah anorganik rata – rata membutuhkan waktu 15 hari untuk penyimpanan sebelum dijual ke pengumpul
  • Membentuk manajemen organisasi pengelola sampah secara terpadu di TPS.
2. Strategi Pencapaian Meningkatnya Efektifitas Pengumpulan Sampah di Perumahan BKJ
  • Identifikasi area dalam unit RT, untuk mengetahui tingkat pelayanan pengumpulan sampah.
  • Dari RT yang kondisi pengumpulan sampahnya tidak/kurang berjalan dengan baik, selanjutnya diidentifikasi RT yang mau/berminat dengan adanya perbaikan pengumpulan sampah (berkaitan dengan konsekuensi biaya).
  • Pada RT yang mau dengan adanya perbaikan pengumpulan sampah, dilakukan pendekatan terhadap stakeholder untuk merencanakan sistem pengumpulan sampah yang akan diterapkan.
  • Adanya pemilahan sampah organik dan non organik pada tingkat rumah tangga serta ada penjadwalan pengangkutan sampah berdasarkan jenis sampahnya.
  • Untuk mencapai target pengumpulan sampah 60% dari total timbulan sampah ideal, maka perlu penambahan alat angkut sebanyak 3 buah, dengan asumsi maksimal pengangkutan perhari untuk masing-masing alat adalah 2 rate.
  • Membentuk organisasi pengumpul sampah yang terdiri warga dan petugas pengumpul sampah.
3. Strategi Terbentuknya Organisasi Pengelola Sampah
  • Melakukan pendekatan terhadap stakeholder dalam pengelolaan sampah di BKJ saat ini baik formal maupun informal, yaitu developer, petugas pengelola TPS, warga, petugas pengangkut sampah, dan pemulung untuk membentuk pengorganisasian pengelola sampah secara terpadu mulai dari pengangkutan hingga pengelolaan di tingkat TPS.
  • Merencanakan dan merumuskan tugas dan tanggung jawab dari masing – masing stakeholder dalam organisasi pengelola sampah.
  • Membentuk sistem kontrol dan evaluasi kinerja dalam organisasi pengelolaan sampah terpadu tersebut.
Dari indicator capaian hasil kegiatan, terlihat bahwa program ini telah berhasil sesuai yang diharapkan. Keberhasilan ini tentu saja tidak lepas dari adanya partisipasi masyarakat. Seperti yang disampaiakan Diana Conyers ( Suparjan dan Hempri Suyatno, hal 53 ) ada tiga alasan utama mengapa strategi partisipasi ini penting dilakukan, pertama partisipasi masyarakat adalah suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. Kedua, Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya sehingga lebih memiliki rasa memilikiterhadap proyek tersebut. Ketiga, Partisipasi menjadi urgent karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi jika masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat.

Pembentukan Organisasi Pengelola Sampah yang kemudian diberi nama PAGERWAJA barangkali bisa disebut sebagai strategi utama dalam program ini, sebab melalui organisasi inilah kelak masyarakat akan belajar sendiri mengenai cara-cara mengelola sampah sampah dan TPS, mengontrol dan mengevaluasi pelaksanaannya dengan baik. Organisasi ini dalam konsep tangga partisipasi Sherry Arnstein (1969) berada pada jenjang kekuasaan warga yang terdiri dari tangga Kemitraan, Delegasi kekuasaan dan control masyarakat.

KESIMPULAN

Program Desentralisasi Pengelolaan Sampah Masyarakat Perumahan Bukit Kencana Jaya kota Semarang telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip perencanaan partisipati. Pelajaran penting dari proram ini adalah bahwa ketika masyarakat diikutsertakan dalam program atau proyek pembangunan, maka hasil yang dicapai akan lebih baik, hal tersebut dikarenakan muncul rasa tanggung jawab dan rasa memiliki mayarakat serta kepercayaan terhadap program pembangunan atau proyek yang dikerjakan.
Selanjutnya Pendekatan Partisipatf nampaknya harus menjadi bagian yang integral dalam srategi Perenanaan pembangunan Indonesia secara umum bukan sebatas pada level retorika dan legal formal dalam wujud UU no 25 tahun 2007 tentang Penataan Ruang tetapi benar-benar di manifestasikan sebab masyarakat sekarang lebih kritis dan mereka akan lebih merasa dihargai jika dilibatkan dalam Perencanaan Pembangunan.


DAFTAR PUSTAKA

- Dokumen Laporan Akhir Program Desentralisasi Pengelolaan Sampah Masyarakat
Perumahan Bukit Kencana Jaya kota Semarang, 2005
- Suparjan dan Hempri Suyatno, Pengembangan Masyarakat, dari Pembangunan sampai ke
Pemberdayaan, Edisi ke-1, Cetakan ke-1, Yogyakarta, Adiyta Media, 2003
- Kuncoro Sejati, Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point, Centre Point,
Penerbit kanisius, Yogyakarta, 2009
- Perencanaan Partisipatif dan Kemitraan, Hand Out mata Kuliah Proses Perencanaan dan
Pembangunan PWK 603
- UU no 25 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

2 comments:

  1. Selamat malam pak,
    Lokasi tepatnya TPS Bukit Kencana Jaya dimana ya? Apakah sampai selarang masih beroprasi?
    Terima kasih.

    ReplyDelete
  2. Malam pak,
    Mau tanya untuk lokasi tepatnya TPS Bukit Kencana Jaya disebelah mana ya?
    Terima kasih.

    ReplyDelete